Ini diaaaa part Five nyaa ,,alias Last Part :D :) :) :)
Di hari yang sama, Pang kedatangan temannya. Dia mengantarkan foto cowok
yang Pang taksir. Nam yang tertarik menghampirinya dan menggodanya.
Pang tahu kalau ini adalah kesempatan untuk Nam balas dendam karena dulu
Pang pernah mengadukan soal Nam yang naksir Chon. Tapi Nam cuma
menggodanya dan menasihati agar Pang tak cepat-cepat memikirkan soal
pacaran karena belum dewasa.
Nam kemudian kumpul bersama teman-temannya. Cheer menanyakan Nam, “Nam apakah Chon sudah tahu?”
Nam menggeleng lemah. Gie menatapnya heran, “Kau sungguh hebat! Jatuh cinta pada orang yang sama 3 tahun lebih!”
“Kurasa
kau tak perlu mengatakannya pada Chon” timpal Nim, “Biar seluruh dunia
mencatat bahwa ada seorang gadis gila yang mencoba untuk menjadi cantik
selama tiga tahun demi seorang laki-laki. Meskipun laki-laki itu tak
tahu apa-apa.”
Cheer menasihati Nam, “Nam, mungkin mulai sekarang kau takkan pernah melihatnya lagi. Kau masih akan diam saja?”
Nam melirik buku 9 Metode Cinta nya, “Aku sudah coba berbagai cara...”
“Jangan takut, kami selalu mendukungmu”ujar Cheer, “Benarkan?”
“Iya!”sahut Nim, “Kau sangat cantik, rajin belajar juga baik hati kenapa dia bisa tak menyukaimu?”
Nam kesal, “Kalian benar-benar memujiku tidak sih?”
Malamnya Nam menghias setangkai bunga Mawar Putih, metode ke 10, dari Thailand, yang paling tulus.
Hari kelulusan tiba, Nam menunggu Chon keluar dari kelasnya namun ternyata Chon masih dikelilingi oleh teman-temannya (PS: Nam dan Chon lulus bersama, sepertinya Nam akselerasi).
Nam harus menunggu sampai ia dan Chon memiliki waktu hanya berdua saja.
Ia mengikuti Chon bersama teman-temannya. Sampai akhirnya Chon pergi
untuk memotret sendirian ke ruangan kolam renang, Nam didorong
teman-temannya untuk mengambil kesempatan itu. Teman-temannya berjaga di
luar ruangan.
Chon memotret Kolam renang sebagai kenang-kenangan. Nam menghampirinya, Chon pun memotret Nam.
“Nam, kau belum menanda tangani kemejaku,” ujar Chon (di Thailand juga ada tradisi mencoret-coret baju, tapi versi tanda tangan. Lebih rapi).
“Kak
Chon, aku ingin mengatakan sesuatu”Nam menghela nafas mengumpulkan
kekuatan. Kemudian ia mulai mengatakan semuanya, “Aku mencintaimu. Aku
sudah mencintaimu selama lebih dari 3 tahun ini. Aku sudah melakukan
segalanya, mengubah diriku dalam banyak hal demi kamu. Aku mendaftar
klub penari klasik, melakukan drama panggung, menjadi pemimpin grup
mayoret, lebih rajin belajar, semuanya karena kamu.... Tapi aku tahu
sekarang, hal seharusnya kulakukan, dan harus sudah kulakukan sejak dulu
bahwa... adalah memberitahumu... Nam cinta Kak Chon...”
Nam
menghela nafas dan mengeluarkan air mata kelegaannya. Ia menyerahkan
mawar putih yang sudah ada kartu ucapan dan Tuan Kancing yang terikat di
tangkainya pada Chon yang tertegun sambil menatap Nam.
Sesaat setelah Nam menghapus air matanya karena lega, tanpa sengaja
matanya melihat ke arah kantung kemeja Chon. Tertulis disitu, Pin cinta
Chon. Nam terkejut (sepertinya di Thailand, kalau yang ditulis di kantung kemeja berarti nama kekasih atau pacar).
“Kak Pin dan Kak Chon...?”tanya Nam hampir tak bisa bersuara. Air matanya mengalir lagi.
Chon mengangguk dengan berat.
“Kapan?”tanya Nam lagi dengan susah payah (aku nangis pas bagian ini, 3 tahun gitu lho).
“Seminggu yang lalu...”jawab Chon pelan.
Nam
seperti bingung untuk bertindak. Ia menangis tapi kemudian berusaha
untuk tertawa, “Hahaha.... Kak Pin dan Kak Chon berpacaran... haha...
kalian cocok... lucu...”
Chon masih memandangi Nam dengan penuh perasaan bersalah.
Nam sekuat tenaga menahan tangisnya, ia menepuk bahu Chon, “Semoga kalian bahagia...”
Nam yang sudah tak tahan ingin segera pergi dari situ, lupa kalau di sampingnya ada kolam. Ia berbelok dan langsung tercebur.
“Nam!”seru Chon.
Nam yang basah kuyup mencoba untuk terus tertawa, “Aku tak apa-apa...”
Chon menawarkan bantuan untuk Nam keluar dari kolam, tapi Nam tak menyambutnya. Ia benar-benar berusaha tak terlihat menangis.
“Kalian cocok”ucap Nam sebelum berbalik pergi memunggungi Chon.
“Nam kau baik-baik saja?”tanya Chon.
Nam menangis tapi memberi isyarat kalau ia baik-baik saja lewat jarinya.
Chon tak percaya, ia masih berusaha memanggil Nam, “Nam!”
Di
luar Nam disambut teman-temannya yang terkejut melihat Nam basah kuyup.
Nam langsung pergi tanpa ingin bertemu teman-temannya dulu. Gie
berusaha menyusulnya namun ditahan Cheer. Mereka ikut menangis karena
sudah bisa menebak apa yang terjadi.
Nam berjalan melewati Pin, Pin
juga kaget melihat Nam basah kuyup. Ia menahan Nam dan bertanya apa yang
terjadi. Nam tadinya ingin langsung pergi. Tapi kemudian ia kembali dan
memeluk Pin erat-erat tanpa berkata apa-apa lalu langsung pergi dan
membuat Pin terheran-heran.
Chon tiba di rumah setelah malam (sepertinya dia mampir dulu ke suatu tempat)
dan terheran-heran melihat sebuah mobil sedan bagus terparkir di depan
rumahnya. Di rumah ia langsung disambut oleh lemparan kaos dari ayahnya,
“Selamat datang pemain junior Bangkok Glass!”
Rupanya di rumah sudah
ada Manajer dan Pelatih tim Bangkok Glass. Chon sudah di terima sebagai
pemain junior mereka. Chon yang senang memeluk ibunya. Kemudian ia
membuka kulkas dan mengambil sesuatu yang sangat familiar...
Kotak
cokelat pemberian Nam yang duluuuuuu... banget, rupanya masih disimpan
baik-baik oleh Chon seperti Nam yang masih menyimpan gelas pepsi
pemberian Chon. O..o... apa artinya tuh?
“Siapkan pakaianmu Chon, malam ini kau harus berangkat bersama paman Neng (pelatih Bangkok Glass), besok kau harus sudah ada di kamp pelatihan!”
“Hah?! Hari ini ayah??!”seru Chon terkejut.
“Ya, buat apa lagi ditunda?”tanya ayahnya balik.
Chon
segera berlari ke kamarnya menaruh tas yang di dalamnya terselip bunga
mawar putih pemberian Nam. Ia mengambil sebuah buku di meja belajarnya.
Buku album foto. Mulai sekarang akan ada flashback adegan, dan kita
akan melihat semuanya dari sudut pandang Chon.
Chon membuka buku itu, ternyata buku itu penuh dengan foto Nam yang
dihias begitu indah. Chon tersenyum sambil mengusap wajah Nam yang
difoto dengan lembut. Lembaran dibuka. Ada halaman yang penuh dengan
foto buku 9 Metode Cinta milik Nam. Rupanya buku itu di foto ketika Nam
meninggalkannya saat latihan drama. Flashback adegan saat Nam mengambil
buku itu dan menyeret-nyeret kakinya buat menutupi nomor telepon Nam. Di
bawah foto buku itu ada tulisan, “Buku ini lucu. Tapi membuatku tahu betapa kau telah mencoba”
Di sampingnya lagi juga ada tulisan, “Aku ingin memberitahumu, bahwa kau telah berhasil sejak awal kau mencoba...”
Halaman
berikutnya terlihat penuh dengan foto Nam yang di dandani oleh Pin.
Kemudian flashback adegan lagi saat Nam tampil menjadi snow white yang
cantik pertama kali. Saat itu Chon terlihat tak tertarik dan hanya
mengatakan, “Dia tampak sama, Snow White dengan kawat gigi.” Padahal,
saat pergi Chon tersenyum sangat senang sampai mengepalkan tangannya
karena melihat perubahan Nam yang bisa menjadi begitu cantik.
Halaman berikutnya penuh dengan foto tangan Chon. Chon memotret tangannya sendiri kemudian menulis, “Bersentuhan tangan untuk pertama kalinya. Tapi aku harus segera melepaskan tanganku karena orang lain akan curiga” Flashback adegan saat Nam hampir jatuh dari panggung.
Di halaman berikut penuh dengan foto apel yang telah digigit, ada tulisan “Memberinya apel tapi ku gigit sedikit”. Rupanya sebelum pergi mengambil hadiah fotografi, Chonlah yang memberi Nam apel itu.
Kemudian Chon membuka banyak halaman lagi, semuanya isinya foto Nam yang sedang latihan mayoret, banyak sekali...
“Kau menjadi semakin baik! Semangat Nam!”
Flashback
saat Nam mati-matian berlatih melempar tongkat siang dan malam, rupanya
Chon hampir setiap saat memperhatikannya. Kemudian Chon memandangi foto
Nam yang menjadi pemimpin Mayoret.
“Cinta bisa mengalahkan segalanya, termasuk rasa takut”
Flashback
saat Chon berhasil menendang pinalti untuk pertama kalinya. Chon
rupanya berusaha menyingkirkan trauma dan rasa takutnya demi Nam. Ia
ingin agar Nam juga tak takut pada tongkat mayoret.
Di halaman
berikutnya ada foto pertumbuhan Pohon Mawar Putih yang sudah ia siapkan
jauh-jauh hari sebelum hari valentine. Di foto pertama tertulis, “Hari pertama.” Foto kedua, “Sangat sulit untuk tumbuh.” Foto kelima, “Tunas pertama.”
Flashback
saat Chon memberikan mawar putih pada Nam, setelah mengatakan itu dari
temannya, Chon berbalik kemudian menyalahkan dirinya sendiri yang tak
bisa jujur. Di bawah foto mawar putih yang telah tumbuh:
“Hari ini aku memberikan mawarnya pada Nam, kukatakan itu dari temanku karena aku tak bisa mengatakan yang sebenarnya”
Kemudian langsung flashback adegan saat Top menembak Nam. Chon turun
dari tangga dengan lemas. Ia hampir tak bisa berjalan lagi kemudian
menyandarkan kepalanya ke dinding tangga.
Halaman berikutnya gambar Top dan Nam dari bawah tangga.
“Hari ini aku melihat Top menembak Nam. Kau tahu? aku sakit. Kenapa waktu kita tak pernah cocok?”
Chon
menepuk bukunya dengan sedih. Ia teringat saat ia berlari-lari agar
bisa memotret Nam yang jadi pemimpin mayoret. Juga saat ia Top
menggendong Nam yang terkilir kakinya. Rupanya Chon sempat memotret dan
memasangnya di buku album itu.
“Aku juga ingin kau naik ke punggungku.”
Juga banyak adegan flashback yang lainnya, termasuk saat Nam dan Chon di
kolam renang. Rupanya Chon sempat menyelesaikan kalimatnya meski tak
didengar oleh Nam yang pergi dengan Top, “Nam, maukah kau menjadi
kekasihku?”
Chon mulai merasa hatinya makin tersiksa dan sakit. Saat Top mencium
pipi Nam, kau bisa lihat ekspresi wajah Chon, kaget dan pucat pasi.
Di rumahnya Nam terus menangis. Tentu saja, ia telah mencintai Chon
lebih dari 3 tahun. Ia terus menangis sendirian di depan jendela
kamarnya, tanpa sadar malam itu Chon datang ke depan rumahnya. Ia datang
untuk menaruh buku album yang ia buat untuk Nam, agar tahu kalau selama
ini ia juga telah mencintai Nam lebih dari 3 tahun. Sejak Nam masih si
itik buruk rupa, Chon telah mencintainya apa adanya. Chon
terngiang-ngiang perkataan Top, “Aku memohon satu hal padamu Chon,
apapun yang terjadi kau takkan memacari Nam kan?”
Dengan langkah
gontai Chon pergi dari rumah Nam, karena ia harus segera berangkat ke
Bangkok. Nam yang masih menangis tak tahu kalau Chon melintas di bawah
jendela kamarnya.
PS: Nonton adegan semua flashback Chon sambil dengerin OST nya yang pas banget sama hati Chon saat itu, bener-bener bikin aku nangis. Sedikit liriknya deh di bagian ending kutulis: ...hanya
bisa berharap kau akan mengetahuinya... bahwa aku disini untuk
mencintaimu, Aku memohon agar kau mengetahuinya.... suatu hari....”
9 tahun kemudian......
Motor Chon berhenti di sebuah perusahaan. Kayaknya sih perusahaan
real-estate. Chon masuk ke perusahaan tersebut sambil menggendong bayi
yang ia bawa dari gallery fotografinya, dilihatnya Pin melambai ke
arahnya. Pin menghampiri Chon yang menyerahkan bayi itu pada Pin, “Maaf
sudah merepotkanmu”kata Pin (disini pertanyaan kak ari terjawab... hehehe).
Bayi itu ternyata bukan anak Chon, melainkan anak Pin. Sepertinya Chon
sudah memutuskan Pin di malam setelah Nam mengungkapkan perasaannya pada
Chon.
“Tak apa, anakmu sudah seperti anakku...”kata Chon. Sebenarnya
sih wajar kalau itu bukan anak Chon, sama sekali nggak ada
mirip-miripnya ama Chon. Hehehe....
Pin merengut “Seandainya suamiku bisa menyayanginya seperti kamu...”
Chon mengacak rambut Pin, “Ah, kau ngomong seperti itu lagi...”
Kemudian Chon hendak pergi tapi ditahan oleh Pin, “Hey Chon! Bagaimana tentang acara Tv yang kau sebut? Apa kau akan hadir?”
Chon tersenyum, “Aku tak tahu...”
Latar pun berpindah ke sebuah acara talk show di sebuah Tv terkenal. Di
situ Nam duduk. Ia dihadirkan sebagai seorang desainer ternama yang
karyanya terkenal di Amerika. Bahkan katalog modenya pun dimuat di
majalah mode terkenal.
Cheer, Nim dan Gie pun datang ke acara itu, mereka sudah dewasa, Nim
bahkan memakai seragam polisi. Mereka melambaikan tangan ke Nam yang
dibalas oleh Nam. Guru Inn juga hadir. Guru Inn rupanya sudah menikah
dengan Guru Olahraga tampan yang baru itu, Guru Boat. Tapi Guru Boat
sangat romantis terhadapa Guru Inn, bahkan cenderung terlalu romantis
hingga Guru Inn terlihat risih. Pang dan Ibunya juga datang. Pang sudah
besar sekarang.
Kemudian talk show pun menyerempet ke masalah masa lalu Nam, “Kamu
memberitahu wartawan bahwa dulu saat kau masih muda, maaf, kau sama
sekali tak cantik, tak modis, sama sekali beda dari yang sekarang. Lalu
apa yang membuatmu berubah?”
“Itu karena saya jatuh cinta pada seseorang...”ucap Nam sambil tersenyum.
“Jatuh cinta?”tanya Hostnya, “Bisakah kau menceritakan cerita itu?”
“Bisa”
kata Nam memulai cerita, “Ia adalah senior saya. Seorang pemain sepak
bola. Sangat lucu. Pada saat itu saya berwajah jelek di kelas 1, maka
saya mencoba memperbaiki diri, jika itu bisa membuat saya menjadi lebih
cantik dan lebih baik, saya coba untuk lakukan. Saya juga mencoba
belajar dengan lebih rajin agar dia mungkin menyukai saya”
“Lalu apakah akhirnya dia tahu perasaanmu?”
“Dia tahu, tapi kisah kami tak berakhir bahagia. Aku pergi belajar ke Amerika untuk tinggal bersama ayahku”
“Oh itu buruk sekali”ucap Hostnya.
“Tapi
ketika saya kembali memikirkannya, dia seperti inspirasi untuk saya,
dia membuat saya menggunakan cinta dengan cara yang lebih baik... dia
seperti... kekuatan yang mendukung saya agar saya bisa menjadi lebih
baik hingga menjadi Nam yang sekarang...”
Host cewek itu kemudian
mengeluarkan sesuatu yang sangat Nam kenal. Itu Album yang dibuat Chon
untuk Nam, “Nam, kau masih mengingat buku ini?”
Nam terkejut, ia menerima buku itu kemudian mendekapnya erat, “Ingat. Iya saya ingat...”
Host nya tertawa, “Kalau begitu mari kita sambut pemilik buku ini! Chon, Mantan Pemain Bangkok Glass!”
Nam terkejut. Ia menoleh ke belakang. Teman-temannya juga terkejut. Dari
belakang panggung, Chon muncul dengan membawa sebuket bunga dan
menghampiri Nam.
“Sekarang ia merubah karirnya menjadi fotografer profesional...”jelas Hostnya.
Nam
yang gugup tak tahu harus berbuat apa hanya bisa berdiri dan merapikan
gaunnya. Chon menyerahkan bunganya, “Saya ingin memberi ini untuk Nam”
Nam masih gugup, ia menunjuk dirinya sendiri, “Nam??”
“Ini untuk Nam...”ujar Chon lagi.
Nam
mengelus tengkuknya grogi, ia menerima bunga itu sambil malu-malu.
Mereka berdua masih berdiri sampai hostnya harus menyuruh mereka duduk.
“Saudara Chon, setelah lama tak bertemu Nam, ada yang ingin kau katakan? tanya Host.
“Euh,
saya ingin memberitahu Nam bahwa...”Chon mengeluarkan sesuatu dari
kantongnya, rupanya Tuan Kancing, “Kancing ini sebenarnya bukan milikku.
Mungkin milik Ding.”
Okeh, that’s hurt Chon... Nam menerima kancing itu dengan hati pahit. Sementara Chon malah tertawa geli.
“Lalu Bagaimana denganmu Nam? Apa kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?”tanya Host.
“Emm, saya ingin bertanya pada Kak Chon...”kata Nam takut-takut, “Apakah... Kak Chon sudah menikah?”
Chon terlihat ragu dan berat mengatakannya, “Ummm.... aku....”
Nam menunggu dengan tegang. Tapi kemudian Chon tersenyum.
“Aku menunggu seseorang pulang dari Amerika...”kata Chon memandang Nam penuh senyum.
Nam tersenyum dan menangis bahagia. Kisah cintanya ternyata tak berakhir sedih. Chon masih menunggunya selama 9 tahun.
The End
So sweet bangett kan :) :) gakkk bakalan nyeselll dehhh baca ini :) :)
thankyou so much :* :* :) :) :)
Minggu, 09 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar