Lanjuutt lagii di part Four :) :) :)
Hari itu hari ulang tahun Cheer. Nim bertanya pada Cheer hendak membeli cake apa pada hari ulang tahunnya.
“Vanilla Cake, Nam suka kue itu”ujar Cheer. Saat Cheer sedang asik memilih-milih kue, Nam belum datang. Nim segera menelponnya.
Nam
rupanya sedang pergi ke danau bersama Chon cs, “Aku sudah menelpon
Cheer tadi pagi namun ia tak mengangkat teleponnya, sampaikan ucapan
selamat ulang tahunku pada Cheer. Iya, aku minta maaf karena aku takkan
bisa pulang tepat waktu...”
Di danau, semua sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang
asik bermain gitar, ada yang memanggang makanan. Nam duduk di meja makan
sambil memandangi Chon yang asik memotret pemandangan dari jembatan (indah banget).
Tak lama Top menghampiri sambil menghidangkan cumi-cumi hasil
panggangannya, mau nggak mau Nam berpaling dari Chon. Wajah Top
mendekati wajah Nam sampai membuat Nam risih, “Aku akan kembali..”
katanya. Saat Nam kembali melihat ke arah jembatan, Chon sudah tak ada.
Nam pergi ke jembatan dan duduk disana. Chon datang, “Apa yang kau lakukan disini?”
“Aku
rasa pemandangan disini indah”kata Nam. Mereka sama-sama terdiam. Nam
membuka percakapan sambil menawarkan cumi, “Kau mau makan cumi?”
Chon menoleh, “Kau tak tahu cerita cumi ya?”
Nam menggeleng, “Tidak.”
“Aku
akan memberi tahumu,” Chon pindah duduknya ke samping Nam, ia mulai
bercerita, “Pada suatu waktu, ada pasangan cumi. Mereka telah mengarungi
lautan dan samudra yang luas hingga mereka bertemu dan saling jatuh
cinta, akhirnya mereka menikah. Pada hari pernikahannya, pendeta cumi
menyuruh mereka saling berpegangan tangan... jadi mereka saling
berpegangan tangan.... memegang tangan... memegang tangan... memegang
tangan...”
Chon menempelkan jari-jarinya satu-satu. Nam tertawa geli melihatnya.
“Kak Chon, kau gila!”ujar Nam.
Chon tersenyum.
“Tapi lucu” tambah Nam lagi.
“Yang mana? Yang cerita, atau yang cumi?”tanya Chon.
“Yang
cerita! Eh, tidak, yang cumi! Umm... aku bingung...” ujar Nam, Ia
melirik cumi panggang, “Aku jadi agak tak mau memakannya.”
“Aku juga tak makan cumi begitu lama karena cerita itu” tambah Chon. Mereka pun terdiam.
“Jadi...” Nam bersuara, “Apakah kau pernah memegang tangan seseorang seperti cumi itu?”
“Pernah
sekali” jawab Chon sambil menatap ke danau, “Seorang gadis berwajah
canggung hampir jatuh dari panggung, jadi aku memegang tangannya...”
Belum selesai Chon cerita, Top datang sambil langsung memakan cumi panggang. Nam dan Chon berteriak, “Jangan!”
“Kenapa? Ini enak..”ujar Top sambil terus mengunyah. Nam dan Chon cuma bisa menghela nafas kesal.
Mereka bertiga hendak pulang. Chon dan Top berjalan di depan sementara Nam mengikuti di belakang. Chon dan Top berbicara serius.
Top : “Aku bertanya padamu langsung. Apa kau suka pada Nam?”
Chon : “Eh, kau akan bersamanya bukan? Kenapa kau bertanya padaku seperti itu?”
Top menepuk bahu Chon sambil tersenyum, “Tidak apa-apa. Aku hanya bertanya...”
Tiba-tiba
terdengar suara teriakan Nam di belakang. Nam terpeleset hingga kakinya
terkilir. Top dan Chon langsung berlari ke arahnya. Top bertanya apa
Nam masih bisa berdiri, Nam mengiyakan. Tapi ternyata ia tak sanggup,
mau tak mau ia menerima tawaran Top. Sedangkan Chon yang menggendong tas
Nam. Suara hati Nam saat itu, "Tuan Kancing... hari ini Chon membawakan tas saya..."
Pulangnya Nam langsung ke rumah Cheer. Ia membawakan cake kecil. Saat
pintu rumah Cheer dibuka, Nam sudah bersiap, “Happy birth...”
Namun yang keluar ternyata ibunya Cheer, “Cheer tak ada. Ia masih pergi bermain dengan Nim dan Gie. Nam tak bersama mereka?”
Nam menggeleng sambil tersenyum kecut.
“Telepon saja mereka” saran Ibu Cheer lalu menutup gerbangnya lagi. Nam akhirnya meniup lilin di cake itu sendiri.
Keesokan harinya Cheer, Nim dan Gie mengerjakan PR tanpa Nam. Nam justru duduk bersama gengnya Chon.
“Aku rindu hari-hari ketika kita mengerjakan PR bersama-sama”kata Nim.
“Seorang bidadari harusnya berada di surga”ucap Cheer sinis. Ia masih marah karena Nam tak datang ke ulang tahunnya.
“Tenanglah Cheer, kau masih punya ulang tahun tahun depan” ucap Nim.
Cheer emosi, “Aku hanya punya tiga orang teman Nim! Jika aku jadi dia, aku takkan melakukan hal itu!”
Nam yang melihat teman-temannya sedang mengerjakan PR bersama menghampiri, “Hey! Kita kerjakan PR bersama-sama yuk!”
“Kenapa
kau tak mengerjakannya bareng Chon saja?!”ujar Cheer sinis langsung
menutup bukunya dan segera pergi dari situ. Nim dan Gie mengikutinya.
Nam ditinggal sendiri.
Nam sedang duduk sendirian di depan kolam ketika Chon datang.
“Top belum datang? Aku disuruh olehnya mengajari anak kelas 3,” tanya Chon duduk disamping Nam.
Nam tersenyum, “Kak Top sedang mencari buku untuk proyek anak kelas 3”
Chon ikut tersenyum, ia memandang lurus ke depan, “Hari itu ibuku masuk rumah sakit...”
Nam menoleh, “Kapan?”
“Hari
dimana ayahku gagal melakukan tendangan pinalti. Aku lahir pada hari
itu. Jadi ayahku memberi hadiah pada hari kelahiranku... yaitu tak
bermain bola lagi seumur hidupnya. Akulah yang membawa nasib buruk. Coba
lihat, Provinsi ini tak pernah mencapai sejauh itu sejak hari itu...”
“Kau tak apa?”tanya Nam khawatir.
“Bagiku
untuk dihina?”tanya Chon balik, “Aku tidak apa-apa. Aku sudah biasa.
Sudah menjadi nama belakangku. Chon, yang ayahnya tak bisa menendang
pinalti...”
Nam menunduk menyesal.
Chon tersenyum, “Tapi aku benar-benar tak apa. Aku seorang pemain sepak bola.”
“Jadi kau mau terus bermain sepak bola?”
“Aku tak tahu... untuk saat ini, aku lebih membutuhkan seseorang...”
Nam
menoleh kaget. Tapi sebelum Nam mendengar penjelasan Chon lebih lanjut,
Top datang dan memanggil Nam. Ia meminta bantuan Nam untuk mencari buku
bersamanya.
Malamnya Chon dan kawan-kawan mengadakan piknik dan api unggun. Nam
ikut. Ia membantu Chon yang bertugas memasak. Top duduk di dekat api
sambil mendengar Pin bernyanyi. Faye memandanginya, jelas-jelas sekarang
Faye naksir pada Top. Nam dan Chon membicarakan soal kejutan ulang
tahun untuk Ake, teman mereka. Tanpa sengaja tangan mereka berdua saling
bersentuhan. Hati Nam berdebar, ia mendekatkan diri lagi ke Chon.
Kemudian acara kejutan untuk Ake dimulai. Chon dan Top mau perform cerita.
“Ini terjadi ketika kita kelas 5 SD...”Chon memulai cerita.
Top
ketawa, “Kita berdua jatuh cinta pada cewek yang sama. Namanya Boe,
kelas 4. Kita bersaing satu sama lain, berlatih menari agar salah satu
dari kami bisa berdansa saat pesta sekolah. Tapi saat hari itu tiba,
Chon kita kena sakit cacar....”
Semua tertawa termasuk Nam.
“Jadi hak berdansa dengannya jadi milikku, yeah...”lanjut Top.
Chon menambahi, “Tapi pada akhirnya Top juga tak berdansa dengan Boe. Jadi kita berdua sama-sama gagal...”
“Eitt” sela Top, “Itu karena Chon mengancam kalau ia tak mau berteman lagi denganku. Setelah itu kita saling berjanji....”
“Bahwa kita takkan jatuh cinta pada cewek yang sama lagi...”tambah Chon.
Tawa Nam pupus sudah. Top jelas-jelas naksir padanya, itu berarti tak ada harapan untuknya ditaksir oleh Chon.
Top dan Chon kemudian bernyanyi sambil menarikan tarian yang lucu,
mengundang keceriaan. Top menarik Nam agar ikut menari bersama mereka.
Yang lain juga berdiri dan ikut menari. Semuanya diliputi keceriaan.
Namun di tengah tarian, Top yang rupanya sedang bahagia mengambil
kesempatan mencuri pipi Nam. Nam terpaku. Yang lain masih menari,
sementara kebahagiaan Nam sudah hilang.
Top mengantar Nam pulang. Saat Nam hendak segera masuk ke rumahnya, Top
berkata, “Nam, besok aku akan datang ke sini lagi ya. Kita nonton
pertandingan Chon bersama-sama”
“Kak Top tak perlu menjemputku lagi”ujar Nam dingin.
“Kenapa? Kau ada acara?”
“Tidak, maksudku tolong jangan terlibat denganku lagi...”
Top bangkit dari sepeda motornya, “Kau marah karena aku mencium pipimu? Bukankan kau pacarku?”
Nam berbalik marah, “Kak Top, aku tak pernah menerima bahwa aku pacarmu”
Kasian banget Top pas disini, “Lalu apa artinya semua selama ini?”
“Maafkan aku kak, aku sudah mencintai seseorang...” jawab Nam.
“Siapa Nam?” tanya Top. Oh.. poor Top.
Nam hanya berbalik dan segera masuk rumah tak menjawab pertanyaan Top.
“Siapa.... Nam.... siapa?!”tanya Top. Ia terduduk lemas di sepeda motornya.
Top menemui Chon untuk menceritakan semuanya, “Dari semua gadis yang
bersamaku, ini yang paling menyakitkan.... Aku mohon satu hal saja
padamu Chon... Tak peduli apa yang terjadi, kau tak akan memacari Nam
kan?”
“Apa kau berpikir alasan Nam memutuskanmu adalah aku?”tanya Chon.
“Tidak. Hanya aku tak tahan, jika sahabat terbaikku berpacaran dengan gadis yang kucintai...”
Chon memandang keluar sambil menghela nafas, “Jika kau mengatakan seperti itu, aku bisa apa?”
“Tak apa-apa kan buatmu?”tanya Top.
“Iya” jawab Chon. Mereka berdua kemudian saling menjabat tangan.
Hari-hari berikutnya dilalui Nam seorang diri. Tak ada lagi teman-teman
bersamanya, tak ada lagi Top yang menjemputnya ke sekolah dan Chon juga
seperti menghindarinya. Ketika ia melihat Top yang digoda Faye dengan
trik ‘terkilir kaki’ ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Ia memutuskan
untuk fokus belajar agar mendapat ranking satu. Meski ia sering
terbayang Chon jika ia melihat Tuan Kancing dan membuatnya menangis
sendirian.
Di rumahnya Chon bermain sepak bola dengan ayahnya yang sekarang tak takut lagi.
“Chon, kau tahu tadi Manajer Bangkok Glass meneleponku...”kata ayahnya.
“Lalu?”tanya Chon masih fokus ke bolanya.
“Dia bilang kalau dia akan menerimamu di Klub Bangkok Glass”
Chon tak percaya, “Ayah menipuku agar bisa merebut bola dariku ya...”
Ayahnya
tertawa, “Untuk hal sepenting ini siapa yang berbohong. Setelah ini kau
harus segera bersiap-siap. Mungkin setelah lulus ujian tahun ini, kau
akan pergi belajar ke Bangkok.”
Chon senang sekali, ia menghampiri ayahnya dan memeluknya, “Ayah! Terima kasih...!”
Hari ujian tiba, Nam menjalankan ujiannya dengan serius. Ia ingin bertemu dengan ayahnya yang di Amerika.
Di luar Guru Inn sedang sangat sedih. Guru Phol mendapat beasiswa untuk
melanjutkan study ke luar. Guru Inn meminta sesuatu pada Guru Phol.
“Apa?”tanya Guru Phol. Guru Inn menunjuk ke arah hati Guru Phol. Guru
Phol salah paham, ia malah memberikan peluit miliknya. Tak lama datang
Guru olahraga baru yang akan menggantikan Guru Phol. Ternyata guru yang
baru lebih keren dan ganteng daripada Guru Phol, Guru Inn langsung
menghampiri Guru baru itu dan mengacuhkan Guru Phol. Guru Phol cuma bisa
garuk-garuk kepala bingung.
Hari itu Cheer memutuskan tak akan melanjutkan sekolah yang sama dengan
kawan-kawannya. Ia akan memasuki sekolah kejuruan. Saat mereka asik
mengobrol, Nam datang dan suasana langsung tak enak. Nam duduk dengan
sedih di jarak yang tak jauh dari mereka. Ia memandangi wajah Cheer dan
masih berharap Cheer akan memaafkannya. Rupanya hati Cheer masih belum
luluh. Nam dengan sedih menyanyikan lagu yang dulu mereka nyanyikan
bersama-sama.
“Senin aku menunggu... Selasa aku masih menunggu
dan melihat, melihat apakah kau baik-baik saja... Rabu kau masih tak ada
disini, pagi hari atau kemudian, Kamis juga masih kosong...”
Gie tak tahan, ia menghampiri Nam dan mereka bernyanyi sama-sama sambil menangis.
“Jum’at, Sabtu atau Minggu, tiada hari tanpa merindukanmu... Tiada hari kau akan kembali...”
Nim ikut menangis meski ia masih ada disamping Cheer, sementara Cheer masih bertahan.
“...menjadi
tua dalam hari-hari kita... hari dimana kau ada disampingku, hari
dimana kau ada di dekatku, hari dimana kita saling berpegangan
tangan...”
Nam mendekati Cheer, “...hari dimana aku mencintaimu, hari dimana aku berbicara denganmu, hari dimana kau mendengarkanku....”
Akhirnya
Cheer menangis dan ikut bernyanyi, “...Berapa lama aku akan seperti ini
aku tak tahu, Berapa bulan atau berapa tahun....”
Mereka berempat saling berpelukan dan menangis bersama. (aslinya ini lagu ceria, tapi pas dinyanyikan ma mereka jadi kelihatan sedih...), “...berapa miliar kenangan masa lalu kita bersama, aku selalu merindukanmu...”
“Cheer, Nam minta maaf”isak Nam.
Cheer menangis, “Kenapa kau menangis? Menyanyikan lagu seperti kita sedang berakting di opera sabun saja...”
“Ya...” kata Nam masih menangis, “Kenapa kita menangis? Kita tidak menangis, kita sedang tertawa...”
Mereka pun menyanyikan lagu nya bersama-sama.
Nam sedang menyapu dan beres-beres rumah ketika Cheer cs datang dan
memberitahu kalau mereka bertemu dengan Guru Inn di toko eskrim, “Dia
mengatakan kalau dalam ujian.... Nam mendapatkan.... “
“Aku mendapatkan apa? tanya Nam tak sabar.
“Nam.... Nam...dapat ranking 1...”
Nam
terkejut. Ia melompat-lompat senang kemudian memeluk ibunya. Ibunya
mengatakan sekarang Nam sudah bisa bertemu dengan ayahnya. Nam semakin
senang. Pang melihatnya iri. Ia mendapatkan ranking 8 tapi ia ingin ikut
dengan Nam. Nam tak mengizinkan.
Saat itu tiba-tiba Nam langsung memikirkan Chon.
Tobe continued coyyy :) :) :)
Minggu, 09 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar