Kerabat |<[]TA>|

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA

Pages

Minggu, 09 Juni 2013

Thailand Movie Coyyyyy

| |

Lanjuuuutttt yug coyy ke Part Two. . .

Di tengah pelajaran Nam meminta izin pada Guru Inn untuk pergi ke toilet. Meski ia akhirnya berbelok untuk mengintip Chon di kelasnya. Terlihat Chon sedang menjahili bangku temannya, Nam tersenyum geli dan puas.

Saat berbalik hendak ke kelas, ia berpapasan dengan Chon yang rupanya mendapatkan getah dari perbuatan jahilnya. Chon dihukum berdiri di luar kelas sambil mengangkat satu kaki dan merentangkan tangannya. Tanpa sepengetahuan guru, Chon memasang headset di telinganya. Begitu Nam lewat, Chon memberi isyarat dengan telunjuk jari agar Nam tak berisik. Nam tersenyum geli melihat Chon yang joget-joget diiringi musik di headsetnya.

Sejak saat itu, Nam yang sedang kasmaran mengikuti kemana Chon pergi. Ke tangga, ia pura-pura ada disitu sejak tadi. Ia juga menelusuri lorong-lorong sekolah hingga tak sengaja hampir bertabrakan dengan Kepala Sekolah.

Begitu pun saat olahraga. Chon yang suka ikut-ikutan bermain bersama klub sepak bola memancing histeria para gadis yang tergila-gila padanya. Termasuk Nam yang pura-pura membagikan minuman gratis.
Saat sedang bermain sepak bola, tiba-tiba seorang murid cewek memanggil Chon. Chon menghampirinya dan mereka terlihat akrab. Seluruh murid kelihatan jealous dan penasaran tentang hubungan keduanya.


Di rumah, Nam mematut di depan kaca. Ia menyadari tak ada kemungkinan untuk Chon melirik padanya karena kulitnya yang dekil dan gelap.
Kemudian ia dikejutkan oleh kedatangan pamannya yang bekerja di Amerika bersama ayahnya. Pamannya masih terkena jetlag karena penerbangan yang jauh.
Pamannya memberitahu Nam, Pang dan Pim, ibu Nam kalau ayahnya bekerja menjadi asisten koki. Ia juga mengirimkan foto serta mengatakan kalau Ibu Nam dan anak-anak harus bersabar.
Paman Cheng, “Ayahmu juga mengatakan, kalau di antara kalian ada yang mendapatkan ranking 1 maka ia akan mengirimkan tiket ke amerika.”
Nam dan Pang bersorak gembira.
“Tapi tiket kan mahal” ujar Pang menghilangkan kegembiraan Nam.
Pim, “Karena ayahmu tahu, mendapatkan ranking 1 itu sangat sulit buat kalian makanya ia janji seperti itu.”
Nam memandangi foto ayahnya penuh tekad, “Lihat saja ayah, aku akan mendapatkan ranking 1!”
“Dari ranking 30?”sela Pang. Gubrak!

 Istirahat sekolah, Nam yang hendak membeli minuman untuk teman-temannya mendapat gangguan dari anak-anak basket, Maew dan Ding. Mereka bertengkar dan keributan itu disadari oleh Chon. Chon membelikan Nam 4 gelas pepsi untuk Nam dan kawan-kawannya. Nam semakin terpesona oleh Chon.

Rupanya Maew dan Ding tak terima oleh perbuatan Chon yang dinilai mereka sok pahlawan. Mereka mengajak Chon bertarung di belakang sekolah. Tadinya Chon tak berniat meladeni mereka sampai Ding menghina-hina ayahnya, “Kenapa? Kau berniat menjadi sok pahlawan seperti ayahmu? Gara-gara ayahmu tak bisa tendangan pinalti provinsi kita tak jadi mendapatkan piala nasional! Dasar sial ayahmu!”
BUG! Chon yang habis kesabaran menghajar Ding.

Nam yang mendengar tentang perkelahian Chon, segera kembali ke sekolah. Namun saat kembali Chon dan yang lainnya sudah tak ada. Hanya ada sebuah kancing berlumuran darah yang terjatuh di lantai. Nam memungutnya.


Sesampainya di rumah, Nam menyimpan Pepsi yang dibelikan Chon untuknya di kulkas. Di tempelkan kertas bertuliskan “Jangan Diminum” di gelas Pepsi tersebut. Saat di kamar, ia membersihkan kancing yang ia pungut dan menggambar sebuah senyum di atas kancing tersebut. Ia memanggil benda yang diyakininya milik Chon itu Tuan Kancing. Setelahnya ia tertidur sambil membayangkan memeluk Chon.

Saat upacara sekolah keesokan harinya, Bu Guru Inn memanggil nama-nama yang disuruh ke ruang disiplin untuk diberi hukuman. Rupanya Chon, temannya, Maew dan Ding juga dipanggil karena bertengkar kemarin.

Saat di ruang Guru Kedisiplinan, Chon dan yang lain diberi hukuman sabet rotan di pantat. Nam yang merasa menyesal menunggui Chon selesai menerima hukumannya. Chon diberi keringanan oleh gurunya karena berprestasi dibidang fotografi. Di luar, Chon bertemu dengan Nam dan mengatakan kalau hukuman yang diterimanya bukan karena Nam. Nam memberi plester untuk luka Chon. Setelah berbalik, Chon memanggil nama Nam untuk mengucapkan terima kasih.

Sepulang sekolah Nam segera pergi ke danau dan berteriak heboh karena Chon tahu namanya.

Di Kafe tempat Nam dan kawan-kawannya biasa nongkrong sepulang sekolah, Cheer menemukan buku 20 Trik Menggaet Senior untuk menjadi pacar. Nam pura-pura tak tertarik dan memilih membaca buku, Rahasia Menjadi Ranking 1. Cheer menggodanya, “Apakah kau benar-benar Nam?”
Nam merengut, “Aku serius. Sudah 5 tahun aku tak bertemu ayahku, aku ingin segera bertemu dengannya.”
Beberapa saat kemudian masuk beberapa kakak kelas mereka sambil membawa sebuah buku berjudul 9 Metode Cinta. Kakak kelas itu membicarakan bahwa buku itu ampuh sekali dan membuatnya bisa pacaran dengan orang yang ia sukai. Temannya juga membeli buku yang sama, dan ia juga berhasil.
Cheer dan yang lain tertarik membeli buku itu dan membacanya di rumah Nam.

Metode pertama (dari Yunani):
“Pergilah ke tempat dimana banyak bintang seorang diri, lalu tariklah garis dari bintang satu ke bintang yang lainnya sampai membentuk nama pria yang kau sukai.”

Cheer dan teman-temannya langsung ke jendela dan menarik nama masing-masing pujaan hati mereka, sementara Nam diam saja di kursi baca.
Nim, “Nam kau tak ikutan?”
Nam, “Aku tak percaya hal semacam itu. Buku itu tak masuk akal.”
Akhirnya setelah teman-temannya pulang, Nam segera berlari ke jendela dan menarik nama Chon di antara bintang-bintang dengan sepenuh hati. (OSTnya enak dan pas)

Chon sedang bermain bola bersama teman-temannya hingga pelatih fotografi nya datang. Ia membawa poster tentang lomba fotografi yang akan diikuti oleh Chon. Ayahnya yang sedang beres-beres toko memandang Chon dari jauh.
Ayah Chon, “Dia selalu bermain sepak bola bersama teman-temannya tapi tak pernah mau ikut klub sepak bola sekolah”
Ibu Chon yang ternyata bule, “Biarkan saja. Dia bermain sepak bola untuk bersenang-senang, bukan untuk bertanding.”
Ayah Chon mengusap wajahnya, “Andai saja saat itu aku berhasil melakukan penalti...”
Ibu Chon menghela nafas, “Nah, lagi-lagi kau bicara seperti itu. Chon tak bermain serius bukan karenamu. Kalaupun ia trauma, suatu saat ia akan melewatinya. Lihat, orang yang nyata berdiri di depanku, sudah melewati hari yang buruk itu hingga bertahan sampai sekarang bukan?”
Ayah Chon tersenyum.

Pagi harinya di sekolah, Nam datang dengan penampilan baru. Ia memasang kawat gigi. Sementara Gie bilang ia aneh dengan kawat gigi tersebut, Nam bersikeras kalau kawat gigi itu kelihatan indah.
Cheer tak memperdulikan Nam, ia menatap Kai yang duduk jauh di depannya. Kemudian bergumam, “Makan... makan nasinya... yes! Dia makan nasinya!”
Nim meledek Cheer, “Tentu saja, karena dia memang sedang makan.”
“Apa yang sedang kalian lakukan?”tanya Gie heran.
Nim menunjukkan lagi buku 9 Metode Cinta...

Metode kedua (dari Maya):
“Pusatkan pikiranmu dan tataplah orang yang kau suka. Usahakan kau menguasai pikirannya, kemudian suruh ia melakukan sesuatu. Jika berhasil, maka ia pasangan jiwamu...”
Sebelum Nim selesai bicara, Nam sudah memandangi Chon. Sambil memusatkan pikirannya ia bergumam, “Menolehlah padaku... menolehlah padaku...”

Usaha Nam dilihat oleh teman Chon yang kemudian memanfaatkan keadaan itu untuk menyuruh Chon menoleh hingga bisa mencuri bakso milik Chon. Chon menoleh. Nam menjerit kecil, “Chon menoleh padaku!”
“Siapa yang menoleh, Nam?”tanya Cheer yang duduk disamping Nam.
Nam membetulkan kacamatanya gugup, “Tidak. Bukan siapa-siapa.”
“Kau mencoba menghipnotis Chon ya?”tanya Cheer curiga.
“Apa, kau gila?! Tentu saja tidak!”elak Nam. Meskipun akhirnya ia ketahuan juga berbohong.
“Lalu kenapa kau bilang buku ini tak masuk akal?”sindir Nim.
Nam tersipu, “Aku takut kalian akan meledekku...”
Cheer menepuk bahu Nam, “Tenang saja Nam...”
“...kami pasti akan meledekmu!” lanjut teman-temannya sambil tertawa.

Di tempat lain, Guru Inn sedang bahagia karena diberi sekotak telur asin oleh Guru Phol.
“Sepanjang perjalananmu kau pasti memikirkan aku karena membeli telur ini” ucap Guru Inn tersipu malu. Guru Phol hanya tersenyum.
Sepanjang jalan Guru Inn bernyanyi gembira dan memamerkan telur asin yang diberi Guru Phol, namun nyanyiannya terhenti ketika di kantor guru, masing-masing meja juga penuh dengan kotak telur asin dengan merek yang sama. Bahkan banyak yang lebih dari satu kotak.

Metode ke tiga (dari Skotlandia):
“Berikan sesuatu yang berlambang hati kepada pujaanmu”

Kali ini Nam dibantu teman-temannya hendak memberi Chon hadiah coklat berbentuk hati. Mereka menyingkirkan hadiah-hadiah lain yang ada di atas sepeda motor Chon dan menaruh kotak coklat Nam di atas sepeda motor.
Saat Chon mengambil hadiahnya, Nam dan kawan-kawan mengintip dari balik tembok. Dan, ups, rupanya karena kelamaan di atas sepeda motor Chon, coklat itu mencair dan mengotori sepeda motor Chon.
“Kita lupa satu hal,” ujar Cheer, “Negara kita negara Tropis.”
“Mangga?”tanya Gie heran pada Nam ketika Nam memutuskan untuk memberi Chon Mangga, “Orang lain memberi sapu tangan, bunga, dan yang lain sementara kau Mangga? Bagaimana bisa romantis.”

Saat mereka masih berdebat, rupanya sudah ada yang mendahului mereka. Faye, cewek tercantik satu sekolah menghampiri Chon dan memberinya kue mangga buatannya. Chon terlihat sangat senang dan berterima kasih.
“Dia manis, dan ibu rumah tangga yang baik di masa depan, bagaimana kita bisa bersaing dengannya?”ujar Gie lesu.
Nam mulai putus asa.

Saat ujian Bahasa Inggris berlangsung, rupanya Bu Guru Inn diundang oleh Guru Phol untuk makan malam di rumahnya. Guru Inn pura-pura sibuk dan berusaha menyempatkan diri untuk datang. Namun Guru Orn lewat dan mengkonfirmasi janji makan malamnya juga bersama Guru Phol di waktu yang sama. Guru Inn bertanya pada Guru Phol, “Malam ini bukan hanya kencan di antara kita saja?”
Guru Phol tertawa, “Tolong jangan sebut sebagai kencan. Malam ini aku sengaja mengundang guru-guru untuk makan malam bersama.”
Guru Inn cemberut. Ketika Nam menghampiri dan menyerahkan kertas ujiannya, Guru Inn yang masih terbawa emosi meremas kertas ujian Nam dan membuangnya. Saat tersadar, ia minta Nam menolongnya memungut kertas itu lagi.

“Aku punya ide” kata Cheer, “Chon harus mengantar Nam pulang. Ini akan jadi terlihat romantis.”
Nam dan yang lainnya setuju. Mereka mencari cara supaya Nam kelihatan butuh tumpangan. Cheer sampai membuang kunci motor milik Nim. Sayangnya mereka lagi-lagi kedahuluan Faye. Faye berjalan mendekati Chon dan pura-pura terkilir kakinya.
“Kue Mangga” Chon memanggil Faye, “Kenapa? Apa kau tak bisa berjalan?”
“Tak apa...” ucap Faye pura-pura, namun lagi-lagi ia memperlihatkan seolah-olah ia terkilir. Chon yang gentle menawarkan tumpangan pada Faye yang disambut senang hati. Faye tersenyum menang ke arah Nam.
“Ah, Dramatis sekali” sinis Gie.
“Apa ia lulusan sekolah akting?”sahut Cheer. Sementara Nam melongo tak percaya.

Tahun berikutnya....

Pang menemukan kertas yang isinya gambar Nam dan Chon kemudian mengadukannya pada Pim. Pim marah karena Nam sudah memikirkan pacaran, “Nam, bagaimana kamu mau bertemu ayahmu? Untuk hal ini, kamu harus lebih dewasa dulu. Sekarang kamu hanya harus fokus belajar!”

Pang meledek Nam. Dengan marah, Nam pergi ke atas atap.
Di atas atap Nam hanya melamun sambil mendengarkan musik sedih. Rupanya Pang yang merasa bersalah menelpon Cheer dan yang lain agar menghibur Nam. Mereka datang dan hendak mempraktekan buku 9 Metode Cinta.

Metode ketujuh *tahu-tahu sudah tujuh* (dari Gypsy):

“Cinta, berarti harus membangun diri sendiri. Gunakanlah kekuatan cinta agar kita bisa menjadi lebih pintar, lebih cantik dan lebih baik dari sebelumnya. Maka akhirnya si dia akan melihat ke kita.”

Sambil diiringi OST yang enak (?) Cheer dan yang lainnya melakukan segala macam perawatan pada tubuh Nam. Dari masker, lulur, sampai melumuri kulit Nam dengan kunyit.

Nam yang sudah selesai perawatan, bersama teman-temannya datang ke toko olahraga milik ayah Chon. Mereka ingin bertemu Chon dan memperlihatkan Nam. Tapi rupanya Chon sedang pergi. Nam sempat melihat artikel yang memberitakan kegagalan eksekusi pinalti ayah Chon. Saat hendak pulang, rupanya Chon datang. Ia menyapa Nam kemudian heran dengan perubahan kulit Nam. Rupanya ‘treatment’ khusus yang dilakukan Cheer dan yang lain justru membuat Nam terlihat kuning.
“Apa kau menderita sakit kuning?”tanya Chon sambil memeriksa suhu tubuh Nam.
Nam yang gugup menggeleng sambil berusaha tersenyum.
Saat itu lagi-lagi Faye datang, dan berpura-pura hendak membeli sekotak bola pingpong. Nam yang kesal menjatuhkan bola pingpong yang dipegangnya sehingga Faye terpeleset dan jatuh.

Di sekolah akan diadakan klub pentas seni. Klub drama guru Inn terlihat kosong dan tak ada yang mendaftar, sementara klub penari klasik milik Guru Orn penuh dengan peminat. Di antara peminat-peminatnya juga ada Nam cs.
“Nam, kau harus melepas kaca matamu” saran Cheer.
Nam melepas kacamatanya sambil cemberut, “Kurasa kita tak cocok sama sekali dengan konsep klub ini. Kulit putih, cantik, mirip china... semua yang dibutuhkan untuk kualitas penari klasik.”
“Nam benar,” Nim menimpali, “Setiap tahun Guru Orn hanya memilih yang cantik. Dan seluruh sekolah akan datang melihat mereka menari.”
“Tidak seperti klub drama, mereka semua jelek. Tak ada yang ingin melihat mereka perform” tambah Gie.
“Tapi kita harus mencobanya” sela Cheer, “Kita mungkin tak cantik, kulit putih dan mirip China, tapi kita indah dan berkulit gelap. Kita bakal jadi trend baru.”
Yang lain tertawa.

Chon lewat di dekat mereka dan menimbulkan kehebohan. Faye memanggil Chon dan bertanya klub mana Chon akan bergabung.
“Aku akan ikut klub fotografi” jawab Chon.
Faye tersenyum genit, “Kalau kau butuh model untuk fotomu, kau bisa memanggilku kapan saja...”
Cheer cs menatap Faye jijik.
Chon tersenyum, “Aku berminat memotret pemandangan bukan orang.”
Cheer cs menertawakan Faye. Tapi Faye tak menyerah, “Ah, Kak Chon bercanda.”
“Aku memang bercanda” jawab Chon menghilangkan tawa Cheer dan yang lain, “Sini biar kufoto.”
Faye memasang pose manisnya. Di foto kedua, Nam ikut-ikutan di belakang Faye.
“Jadi, kau sudah tak kuning lagi? Kau kelihatan lebih cerah” ujar Chon setelah memotret mereka berdua.
Nam mengangguk sambil tersenyum gugup. Faye kelihatan tak senang.
“Aku akan menanti penampilan kalian berdua saat festival” ucap Chon membuat Faye dan Nam tersipu malu.

“Lihat kan Nam, pada akhirnya Chon akan memakan umpan darimu. Kau hanya harus lebih cerah dan optimis” ujar Cheer.
“Menjadi lebih baik dan indah,” sahut Gie. Nam mengangguk sambil tersenyum.
“Kalau kau ragu soal keindahan, kenapa tidak pindah saja ke klub lain?”sindir Faye.
Nam cs emosi mendengar hinaan dari Faye hingga memulai pertengkaran. Membuat murid-murid lainnya yang mengantri terdorong ke depan. Guru Orn menyuruh murid-murid yang membuat masalah pergi dari barisan kecuali Faye dan temannya, Kwan. Ya, Guru Orn memang pemilih.

Faye, yang masih dendam pada Nam, meracik minuman dengan bumbu khusus. Ketika Nam lewat ia memanggilnya dan memberi minuman itu sebagai tanda maaf. Nam menerima minuman itu tanpa curiga sedikitpun. Namun sebelum meminumnya Pin, senior Nam yang sekelas dengan Chon menahan tangan Nam dan menyuruh Faye untuk mencoba minuman itu lebih dulu. Rupanya sedari tadi ia memperhatikan Faye.
“Kenapa kau tak mau minum?”tantang Pin.
Faye salah tingkah.
“Lain kali hati-hatilah jika kau tak mau meminum air dengan kecap ikan” nasihat Pin pada Nam, “Pergi dan buang minuman itu!”
Nam menurut. Sementara Pin kembali ke bangku Chon dan kawan-kawan sambil menceritakan perbuatan Faye, “Lihatlah tingkah gadis itu.”
Dan hilang sudah kesempatan Faye memikat hati Chon.

Guru Inn yang tak menemukan satu pun peminat akhirnya memutuskan menghampiri Nam cs yang baru didepak dari klub tari. Ia mengetes Nam cs dengan asal kemudian mengatakan bahwa mereka sudah diterima di klub drama. Dan mereka ditunggu di auditorium. Matanya lalu menangkap minuman Nam yang belum dibuang dan tanpa pikir panjang langsung meminumnya! Reaksinya seperti yang bisa dibayangkan. Ia hampir memuntahkan minumannya di depan Kepala Sekolah. Nam cs langsung mencegah Kepala Sekolah yang juga ingin meminum minuman itu.

Nam cs datang ke auditorium terlambat sehingga Guru Inn menghukum mereka tak boleh ikut drama. Dengan senang hati Nam cs menerima hukuman itu sampai Guru Inn langsung membatalkan hukumannya.
Cheer berusaha menjelaskan kalau mereka ingin ikut klub tari, namun belum selesai Cheer ngomong, Chon muncul juga di auditorium. Rupanya ia juga dipaksa ikut oleh Guru Inn. Nam menggunakan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan Chon dan setuju bergabung dengan klub drama.

Klub drama akan mementaskan Drama Bahasa Inggris Snow White dan karena Nam yang terbaik dalam pelajaran Bahasa Inggris, ia terpilih jadi Snow White. Chon? Dia terpilih jadi kelinci merangkap penata panggung.

Guru Inn kemudian mengajak Guru Phol dan Guru Orn untuk melihat hasil tata rias anak didiknya. Ia membual kalau anak didiknya mengerti tentang keindahan, namun ketika mereka sampai mereka dihadapkan oleh anak-anak drama yang berdandan kacau dan asal-asalan.
“Ini panggung drama atau panggung komedi Guru Inn?”sindir Guru Orn.

Hari menjelang gelap, latihan drama Nam usai. Ia pergi ke belakang panggung yang dipikirnya sepi orang. Ternyata ada Chon disitu dan mereka hanya berdua.
“Oh, kau sudah mau pulang?”tanya Chon yang sedang asik memotret.
Nam mengangguk. Matanya justru fokus pada buku 9 Metode Cinta di dekat Chon. Ia khawatir Chon berpikir macam-macam setelah melihat buku itu. Buru-buru ia ambil semua buku itu saat Chon sedang memotret hal lain. Kemudian sebuah kertas jatuh di dekat kaki mereka. Nomor telepon Chon!
Dengan sigap, Nam segera menutupi kertas itu dengan kakinya. Ia menyeretnya sepanjang pulang.
“Hati-hati ya...” ujar Chon yang tak sadar soal kertas itu. Ia lebih heran pada Nam yang berjalan terseret-seret padahal saat datang berjalan dengan normal.

Guru Inn diam-diam mematai Guru Orn yang mampu mendandani muridnya dengan sangat baik. Tak mau kalah akhirnya ia meminta bantuan Pin untuk menjadi ahli tata rias drama. Ia menyuruh Pin untuk mendandani Nam lebih dulu. Chon, dibelakang Nam, memberi isyarat pada Pin agar melakukan yang terbaik. Kemudian Nam mulai didandani oleh Pin.
Tak lama Nam berganti baju, ia muncul dan memukau teman-temannya. Nam terlihat lebih bersih dan cantik. Semua memuji keahlian Pin merubah Nam . Namun yang Nam harapkan adalah reaksi dari Chon. Dan Chon bilang, “Dia tampak sama. Snow White dengan kawat gigi.”
Jleb!
Besoknya Nam segera melepas kawat giginya.



Saat latihan drama, yang berperan sebagai Pangeran tiba-tiba terkena diare. Guru Inn memerintahkan Chon yang saat itu sedang melukis pohon untuk sementara mengganti peran Pangeran. Dan adegan yang diperankan adalah adegan Pangeran yang mencium Snow White agar bangun dari tidurnya. Nam menanti ciuman Chon dengan berdebar-debar. Sementara teman-temannya sudah heboh. Ia memejamkan mata. Namun saat ia membuka matanya lagi, sang Pangeran asli sudah kembali dari sakit diarenya dan bersiap mencium Nam. 

Nam yang kaget karena saat membuka mata wajah Chon berubah, langsung lompat dari kasurnya. Karena panik ia tersandung ujung panggung dan mau jatuh. Beruntung tangan Chon menariknya dan menahannya agar tak jatuh. Chon langsung menarik Nam hingga ke pelukannya dan menegurnya, “Kau hampir mematahkan lehermu!”

Nam menunduk menyesal sementara hatinya berdebar tak karuan.

Malamnya Nam berusaha menelpon Chon dengan nomor yang baru ia dapat. Begitu tersambung langsung terdengar suara Chon. Namun belum selesai Chon bicara, Nam sudah menaruh telponnya lalu berteriak kegirangan. Saat ia kembali, Chon rupanya telah menutup teleponnya.

Hari pentas seni pun tiba. Seperti biasa, pertunjukkan tari Guru Orn mendapat sambutan hangat dari murid-murid sekolah. Semua memadati kursi penonton hanya untuk melihat Faye cs yang cantik menari. Sementara ketika pertunjukkan Drama Guru Inn, satu persatu murid meninggalkan bangku penonton. Hanya ada beberapa yang bertahan dengan tidak penuh minat.

Nam tak melihat Chon diantara penonton. Yang ada malah seorang cowok tampan yang tak ia kenal memandangnya dengan terpesona. Ia bermain drama dengan lesu. Sementara Chon ternyata baru dapat pengumuman kalau ia memenangkan lomba fotografi. Ia harus pergi untuk mengambil hadiahnya bersama Kepala Sekolah.

Penasarann lanjutannya ??
Tobe continued in part Three
come on coyy :) :) :)

 
 
 
 
 
 

0 komentar:

go-top

Posting Komentar

Pengikut

jam

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogroll

Blogger templates

musik

Flag

Flag Counter
 
 

Analyst Rock'n'Roll | Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
top